Feeds:
Pos
Komentar

Archive for the ‘cerpen’ Category

CERITA UNTUK DIA

Siapa yang tak tahu, aku dan dia saling mencintai. Siapa yang tidak mengerti, aku dan dia tak pernah lepas satu dan lainnya. Semua orang tahu aku menjalin sebuah hubungan serius dengannya. Dan aku memang mencintainya, seperti aku mencintai hidupku. Aku selalu merindukannya.

Perpisahan membuatku dan dia berpisah. Jarak yang jauh membuat aku dan dia tak pernah saling berkomunikasi. Tak pernah saling tahu, sedang apa kami di tempat kami. Meski demikian, semua orang menganggap kami saling mencintai, saling menyayangi.

Aku selalu merindukannya. Bahkan ketika sebuah berita mampir di telingaku, tak pernah kurisaukan itu. Aku hanya berharap, ia baik-baik saja di sana. Dia akan selalu mengingatku, apa pun yang terjadi. Meski jika memang benar ia telah menjalin hubungan dengan wanita di tempatnya. Air mataku telah kering, tak sanggup membayangkan, bagaimana mungkin ia bisa menjalin hubungan dengan wanita di sana. Ia milikku,, hanya itu yang aku tahu. Dan hanya itu yang aku mau tahu..

Aku tetap tak pernah berkomunikasi dengannya. Hanya sekali dalam setahun aku bisa bertemu dengannya. Dan hari ini, aku bertemu dengannya. Dia begitu menyenangkan, sama seperti ketika aku dan ia masih bersama dahulu. Dan sikapnya hari ini meruntuhkan anganku bahwa ia telah menjalin hubungan dengan wanita lain.

Aku tak mengajukan pertanyaan apa pun padanya. Tentang wanita itu, atau tentang wanita mana pun. Aku tak punya hak untuk itu. Aku bukan apa-apa. Kata cinta memang tak pernah saling kami utarakan. Dia berhak lakukan apa pun. Namun hari ini, aku merasa memilikinya kembali, meski tanpa perjanjian. Biarkan dia menjadi milikku, hari ini. Meski hanya hari ini.

Hari ini dia memelukku dengan hangat, hari ini dia mencium bibirku dengan mesrah. Hari ini dia mengusap kepalaku dengan lembut. aku seperti berada di awang-awang. Senyumnya begitu manis, hari ini aku memiliki senyuman itu. dia berulang kali mencium bibirku, menyunggingkan senyum manis padaku. Hingga hari ini berakhir, aku masih juga merasakan bibir hangatnya menyentuh bibirku.

Sejak hari itu, dia menjadi begitu hangat padaku. Dia seringkali mengajakku keluar untuk menikmati hari bersama. Hingga malam ini, kami menginap di sebuah stasiun kereta api di kota kami. Jangan salah sangka, kami tak melakukan hal itu. kami hanya menghabiskan malam saja di stasiun. Kami juga tidak berdua saja, ada teman-teman kami yang ikut menghabiskan malam di stasiun. Aku tak pernah lepas dari pelukannya. Sesekali dia bertanya padaku, “kau capek?” namun aku hanya menjawab dengan gelengan kepala. Mana mungkin aku bisa merasakan capek, aku takkan merasakan itu jika ada di sampingmu!

Jika teman-teman kami sedang lengah, kami sempatkan berciuman dengan mesrah. Kami selalu mencuri-curi kesempatan jika teman-teman kami sedang lengah. Hingga saat mereka tengah lelap, kami berciuman panjang yang hangat, menghangatkan tubuh kami yang dingin diterpa angin malam di stasiun kota.

Hari itu sungguh menjadi hari yang paling mengesankan dalam hidupku. Juga hari ini, ketika aku pergi bersamanya ke bioskop di kota kecil kami. Pelukannya tetap hangat. Sesekali dia juga menciumku, mencuri-curi kesempatan saat teman-teman lengah. Ya, lagi-lagi kami tak berdua saja. Dan kami memang hanya sekali berdua saja, ketika pertama kali kami bertemu setelah sekian lama berpisah. Saat itu pula ciuman pertamanya mendarat di bibirku.

Hari ini aku begitu terkejut dengan pernyataannya yang tiba-tiba. Dia berbisik di telingaku, “kamu masih punya kesempatan jika ingin bersamaku”. Aku hanya menganggukkan kepala pelan, lalu dia menambahkan, “jika kamu tinggalkan semua yang buruk pada dirimu”. Aku hanya diam, lalu ia menambahkan, “aku berjanji. Bagaimana?” aku pun mengangguk dengan mantap. Lalu ia kembali mencium bibirku.

Beberapa hari kemudian aku masih bertemu dengannya. Hingga suatu ketika, ia menemuiku lagi. Namun saat itu, aku sedang bersama kekasihku. Ketika kekasihku berpamitan, ia pun menemuiku. Ia tak mengatahkan sepatah katapun. Ia hanya menyerahkan kaos hitam yang aku minta tempo hari. “ini untukmu, ambil saja…” lalu ia menambahkan, “siapa itu tadi? Itu kah pacarmu?” aku hanya mengangguk.

Tak kusangka, hari itu adalah hari terakhir aku dengannya. Ia tak lagi menampakkan diri. Berminggu-minggu, berbulan-bulan, bertahun-tahun, aku tak lagi bisa menemuinya.Sudah kucoba melupakan semuanya, tapi aku tak mampu. Separuh hatiku masih miliknya, entah hingga kapan lagi.

Setulusnya aku akan terus menunggu
Menanti sebuah jawaban
Memilikimu…
(Padi)

Selesai _

Read Full Post »